PUSARAN.CO-Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta terus berupaya mendorong peran serta masyarakat agar lebih aktif dalam mengentaskan polemik sampah di Kota Yogyakarta.
Gerakan zero sampah anorganik yang yang telah diterapkan sejak 1 Januari 2023 lalu, diharapkan bisa dibarengi dengan pengolahan lebih lanjut, agar nilai kemanfaatan dari limbah dapat dirasakan untuk kepentingan publik.
Meski gerakan tersebut bisa menghidupkan geliat bank sampah, namun Pemkot Yogyakarta juga terus melakukan pendampingan kepada para anggota bank sampah agar terus aktif dan berkembang.
Salah satu upaya tersebut dengan mengajak para anggota bank sampah yang tergabung dalam Forum Bank Sampah (FBS) Kota Yogyakarta bertandang ke Bank Sampah Malang (BSM).
Sekda Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya yang juga merupakan Ketua FBS Kota Yogyakarta mengatakan kunjungannya tersebut dalam rangka mengajak para anggota forum bank sampah untuk belajar pengolahan sampah di BSM, yang nantinya juga akan diterapkan di Kota Yogyakarta.
“Kota Yogyakarta dan Kota Malang ini sama-sama sedang berupaya menekan volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Kita bisa saling belajar, model seperti apa yang bisa diterapkan di Kota Yogyakarta. Sehingga kami bisa saling memberi masukan,” katanya saat menyambangi BSM, Selasa (16/05/2023).
Ketika sampai lokasi, rombongan langsung diajak berkeliling BSM untuk melihat cara kerja serta hasil dari pengelolaan sampah.
Setelah puas berkeliling para rombongan melakukan sesi tanya jawab dengan Efrida Hartini. Ia adalah salah satu pendiiri dari BSM.
Pada kesempatan tersebut, Aman menjelaskan bahwa pada tahun 2023 pihaknya menargetkan 616 RW atau seluruh RW di Kota Yogyakarta sudah memiliki bank sampah.
Pembentukan bank sampah ini juga dalam rangka membiasakan masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah melalui gerakan zero sampah anorganik.
Pemkot Yogyakarta, lanjutnya, sangat mengutamakan bank sampah dalam pengelolaan sampah karena kehadirannya tidak sekadar pengelolaan persampahan. Namun ada ruang interaksi sosial masyarakat yang lebih kuat saat berkegiatan bank sampah.
”Ini artinya bank sampah tidak hanya mengelola sampah, tapi juga meningkatkan ketahanan sosial masyarakat,” imbuhnya.
Pihaknya mengungkapkan upaya Pemkot Yogyakarta dalam pengurangan sampah dari hulu ini sudah cukup berhasil.
“Dalam tempo empat bulan sudah mampu mengurangi sampah, yang semula kurang lebih 299 ton per hari, berhasil di turunkan sebanyak 225 ton per hari,” ujar Aman.
Sementara itu salah satu pendiri BSM, Efrida Hartini sangat mengapresiasi berbagai upaya yang telah dilakukan Pemkot Yogyakarta dalam mengurangi volume sampah.
Efrida menceritakan BSM merupakan bank sampah induk yang ada di kota Malang berbadan hukum koperasi, yang pendiriannya difasilitasi oleh Pemkot Malang.
“Bank sampah ini diresmikan pada tanggal 16 agustus 2011. Berdirinya BSM memiliki tujuan untuk mengolah sampah rumah tangga yang dianggap mengganggu lingkungan menjadi barang-barang yang bernilai ekonomis,” ungkapnya.
Dalam setiap kegiatannya, kata Efrida, BSM menerapkan falsafah 3R yakni Reduce, Reuse, Recycle yang mengubah sampah hingga memiliki nilai ekonomis.
“Salah satu penerapan sistem recycle di BSM adalah dengan membuat beraneka ragam produk-produk kerajinan daur ulang yang berbahan dasar menggunakan sampah anorganik seperti plastik, hasil sampah metalising dari bungkus kopi ataupun snack, sampah gelas plastik, dan juga sampah kertas,” ujarnya.
Hasil kerajinan daur ulang dari sampah tersebut selanjutnya dibuat menjadi bentuk-bentuk baru seperti tas, dompet, tempat tisu, tempat alat tulis, guci, dan berbagai jenis kerajinan lainnya.
Dalam perjalanannya, BSM mendapat bantuan dari PLN melalui program PLN peduli. Sampai saat ini BSM telah memiliki ratusan nasabah.
“Alhamdulilah kami mendapat mesin pengolahaan sampah dan mobil dari program PLN peduli, hal ini menjadikan kegiatan operasional dan aksesibilitas makin mudah bagi bisnis BSM,” ungkapnya. (RLS)