PUSARAN.CO– Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Perindustrian, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kota Yogyakarta mengadakan pelatihan membatik secara langsung yang diikuti oleh 40 peserta, yang terdiri dari unsur pendidikan, lembaga dan penggiat seni di Kota Yogyakarta.
Kegiatan ini digelar di depan Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) Kota Yogyakarta dan disediakan sepanjang 50 meter kain dan canting untuk digunakan membatik oleh para peserta, Senin (22/5).
Kegiatan ini sebagai upaya untuk melestarikan batik terutama kepada generasi milenial di Kota Yogyakarta. Sebab, Kota Yogyakarta merupakan Kota Batik Dunia. Kegiatan ini dibalut dalam ‘Gerakan Jogja Membatik’.
Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kota Yogyakarta Tri Karyadi mengatakan, kegiatan ini merupakan rangkaian bimbingan teknis khususnya batik sejak tanggal 15-17 Mei 2023.
Ia berharap, akan ada penerus ke depannya mengenai kreasi dan inovasi batik sejak dini agar Kota Yogyakarta yang dinobatkan sebagai Kota Batik Dunia tetap eksis ke depannya.
“Harapan saya, kegiatan ini menjadi embrio ke depannya. Karena kegiatan membatik sifatnya kreativitas yang dilaksanakan di PDIN Kota Yogyakarta. Untuk pelaksanaannya juga diadakan di depan gedung, guna memperlihatkan secara langsung dan bisa dinikmati oleh masyarakat yang lalu lalang,” ujar Tri Karyadi saat sambutan.
Dengan menggunakan kain sepanjang 50 meter ini, peserta dapat menggunakan untuk berkreasi membatik sesuai dengan keinginan mereka. Tujuannya untuk mengekspresikan kreativitas mereka dan kegiatan ini dapat dinikmati masyarakat di sepanjang Jalan C. Simanjuntak Yogyakarta.
“Kegiatan ini tidak hanya peserta saja yang bisa membatik. Namun bagi warga yang sedang lalu lalang ingin berhenti dan mencoba, bisa ikut membatik dengan memanfaatkan kain sepanjang 50 meter ini dan proses membatik menjadi sebuah monumental kami,” jelasnya.
Tak hanya itu, tambahnya, dalam membuat batik cap secara langsung ini tentunya memperhatikan sisa limbah yang ada. Oleh karenanya, dalam membuat batik cap, Dinas Perindustrian, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kota Yogyakarta memanfaatkan kardus yang sudah tidak terpakai.
“Disini untuk batik cap tidak harus menggunakan logam tapi bisa kertas atau kardus bekas. Karena jika menggunakan logam atau kuningan terbilang mahal dan berat. Sehingga paling mudah batik cap yang berasal dari kardus bekas,” katanya.
Ia berharap, dengan inovasi dan edukasi yang diberikan ini dapat meningkatkan minat masyarakat dalam mencintai batik dan terus melestarikan batik hingga ke mancanegara.
Sementara itu, salah satu siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta, Nabila mengungkapkan, baru pertama kali mengikuti kegiatan seperti ini. Ia mengaku bahwa di sekolahnya belum ada ekstrakurikuler membatik.
Ia berharap, kedepannya akan ada ekstrakurikuler membatik. Sehingga, banyak siswa-siswi belajar membatik untuk menambah kemampuan dan sebagai bentuk pelestarian budaya.
“Baru pertama ikut, seneng banget belajar membatik. Di sekolahan belum ada ekstrakurikuler membatik, semoga setelah ini ada,” jelasnya. (RLS)