PUSARAN.CO – Jantung Kota Yogyakarta yang selalu menjadi jujugan wisatawan, belum lengkap rasanya jika berlibur ke Kota Yogyakarta tanpa mengunjungi Malioboro. Di tengah hiruk pikuk keramaian Malioboro, terdapat satu masjid yang indah dengan nuansa Tionghoa. Masjid Siti Djirzanah namanya, masjid yang didominasi warna biru kuning itu berada di tengah deretan pertokoan sepanjang jalan Malioboro.
Masjid Siti Djirzanah dengan tinggi 12 meter berdiri megah tepat di depan Pasar Beringharjo atau diantara toko batik Soenardi dan toko elektronik. Seluruh dinding masjid dilapisi granit dengan desain corak warna-warni itu terlihat jelas memberikan kesan mewah yang mampu membuat pengunjungnya terpana.
Masjid Siti Djirzanah yang berada di sisi selatan jalan Malioboro, tergolong masjid baru yang resmi dibuka itu tanggal 10 Agustus 2018. Masjid Siti Djirzanah dulunya adalah sebuah bangunan pertokoan sebelum diubah menjadi sebuah masjid.
Salah seorang Takmir Masjid Siti Djirzanah, Abang Dalil menjelaskan pembangunan masjid sudah dilakukan sejak tahun 2017. “Awal mulanya masjid ini berupa toko batik yang kemudian tanahnya diwakafkan, kemudian dikelola oleh keluarga Bapak Herry Zudianto untuk dijadikan sebuah masjid. Masjid ini pun dinamakan Masjid Siti Djirzanah yang diambil dari nama ibunda beliau almarhumah Ibu Siti Djirzanah sebagai bentuk bakti dan kasih anak-anak,” jelasnya saat ditemui beberapa hari yang lalu.
Fasad Masjid Siti Djirzanah dipasangi tulisan Mandarin ‘Qingzhensi’ yang berarti masjid. Di bawah tulisan tersebut terdapat jam raksasa berbentuk lingkaran dan terdapat tulisan Arab di dinding depan masjid. Tulisan arabnya menggunakan kaligrafi, dengan garis tegak lurus, tetapi dibuat berlubang.
“Seperti yang kita ketahui bersama kalau Malioboro itu kan berada di kawasan Pecinan dan masuk ke daerah Ketandan. Dulu awalnya memang masjid ini mau dibangun dengan arsitektur gaya Timur Tengah, namun setelah diskusi dengan Pemerintah Kota Yogyakarta akhirnya diambil keputusan arsitektur yang sesuai dengan daerahnya yaitu daerah Pecinan dengan arsitektur Tionghoa,” ujar Abang Dalil.
Selain kental dengan nuansa Tionghoa, nuansa modern pada Masjid Siti Djirzanah ini sangat terasa jika kita berkunjung kesana. Bubungan atau atap Masjid ini juga dibuat seperti menyerupai kelenteng. Selain itu masjid ini tidak memiliki kubah ataupun mustaka lainnya seperti pada kebanyakan masjid lainnya.
“Karena berada di kawasan Pecinan, jadi ada sedikit asimilasi budaya di sini, masjid ini memang nggak ada kubahnya seperti masjid-masjid pada umumnya dan memang uniknya karena dia itu letaknya sangat strategis benar-benar di tengah kota bahkan di pusat pariwisata Kota Yogya,” ungkapnya.
Tetap Ibadah Sembari Berwisata
Masjid yang dibangun dengan ukuran tidak terlalu luas yaitu 147 meter persegi ini bisa menampung 200-an orang. Masjid ini dibuat menjadi dua lantai, lantai atas digunakan untuk jamaah laki-laki dan tempat imam sementara di lantai bawah tanah diperuntukkan khusus bagi jamaah perempuan. Untuk lantai di bagian bawah juga disediakan tempat untuk mengambil wudhu.
“Untuk perawatan masjid, setiap hari itu selalu dilakukan pembersihan, dimulai dari lorong-lorongnya, lantai-lantainya kemudian atap-atapnya itu di selalu dibersihkan setiap hari,” ungkap Abang Dalil.
Fasilitas yang terdapat di Masjid Siti Djirzanah cukup lengkap antara lain, kantong tempat dan loker untuk menyimpan sandal atau sepatu. Selain itu, disediakan mukena dan sarung yang dapat digunakan jamaah umum. Abang Dalil menyebutkan, lokasi masjid yang berada di pusat wisata tentu membutuhkan perawatan khusus agar masjid ini selalu bersih, rapi, wangi dan terawat.
“Pembersihan dilakukan setiap hari setelah waktu Isya, sementara di waktu pagi harinya itu akan ada perawatan karpet dan semua fasilitas yang ada di sini, seperti contohnya kotak infaknya juga kotak penyedia nasi,” tambahnya.
Masjid Siti Djirzanah memberikan fasilitas yang lengkap, seperti mukenah, sarung hingga Al-Quran yang dapat digunakan oleh pengunjung. Untuk kegiatan ibadah yang rutin yang dilakukan di Masjid Siti Djirzanah antara lain, Sholat Fardhu Lima Waktu, Sholat Jum’at, Sholat Dhuha, Sholat Tahajud dan Tilawatil Qur’an setiap 15 menit sebelum sholat Fardhu dan 30 menit sebelum Sholat Jum’at.
“Untuk kegiatan yang tetap di sini, antara lain ada pengajian. Pengajiannya sendiri ada yang bulanan, ada yang pekanan, ada yang harian. Untuk yang harian, ada kajian setelah Shalat Ashar sementara yang pekanan itu biasanya ada kelas mengaji yang kebetulan sedang berhenti karena pandemi. Kemudian juga ada kajian bulanan itu, biasanya kami berkolaborasi dengan komunitas-komunitas mengaji yang ada di Yogyakarta,” ungkap Abang Dalil.
Dedi Al Jufri salah satu pedagang di Pasar Beringharjo mengaku setiap harinya melaksanakan solat duhur dan ashar di Masjid Siti Djirzanah. “Masjid ini sudah sangat luar biasa bagus, fasilitasnya lengkap, tempat wudhunya juga enak bersih kemudian dalamnya juga karpetnya juga empuk, enak ac-nya juga adem jadi menurut saya sangat sangat bagus gitu,” ungkapnya.
Masjid Siti Djirzanah buka setiap hari pukul 03.30 – 21.00 WIB. Oleh karena itu, bagi pengunjung Malioboro atau tempat wisata di sekitarnya. Berwisata tapi jangan lupa tetap beribadah. (RLS)